Satu jam itu akan terasa sangat singkat jika kita habiskan untuk ngobrol...
Satu jam itu akan terasa sangat singkat jika kita gunakan untuk bermain...
Satu jam itu akan terasa sangat singkat jika kita gunakan untuk
melakukan hal yang kita senangi.
Namun, satu jam itu akan terasa sangat panjang jika kita gunakan
untuk membaca kalimat Allah...
Satu jam itu akan terasa sangat panjang jika kita gunakan untuk
memahami kalam-kalam Allah.
Banyak godaan, ngantuk, pegal, bosan, dan sebagainya...
Astaghfirullahal’adziim..
Ya,, satu jam saja..
Satu jam dari 24 jam yang kita miliki dalam sehari semalam.
Namun seringkali kita terlalu menyayangkannya, terlalu banyak berfikir, terlalu banyak
alasan, terlalu banyak pemakluman, terlalu banyak pembenaran.
Astaghfirullahal’adziim..
Allah yang telah memberi kita kesempatan untuk menghirup nafas hingga detik ini.
Allah yang memberikan waktu sehari dua puluh empat jam untuk kita. Allah yang
memberikan kita (begitu banyak kenikmatan), mulai dari nikmat sehat, nikmat iman,
nikmat kesempatan, nikmat mata yang masih bisa melihat, nikmat mulut yang masih
bisa berbicara, dan nikmat-nikmat lain yang tidak bisa dinilai dengan materi karena
terlalu banyaknya.
Lalu kenapa kita masih perlu berfikir ulang untuk mengalokasikan waktu satu jam kita
untuk Allah? Bukankah waktu yang kita miliki itu juga dari Allah?
One day one juz, satu program yang menurut penulis sangat banyak nilai positifnya.
Meskipun memang, bisa dipastikan juga akan ada sisi negatifnya. Karena kita tahu
bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Namun dengan segala macam
kekurangan yang ada, tidak lantas kita mengklaimnya sebagai sebuah kegiatan yang
tidak baik kan? Jika memang ada kekurangan, kan bisa diperbaiki. Jika mungkin ada
yang bengkok kan bisa diluruskan.
Terhadap saudara kita, apalagi sesama muslim, bukankah kita diwajibkan untuk saling
berkhusnudzon? Ketika ada saudara kita yang mungkin melakukan kesalahan, kita
harus berfikir positif terlebih dahulu. Carilah 999 alasan untuk membenarkan
perilakunya. Oh mungkin dia ini,, itu... dan sebagainya. Ketika memang tidak ditemukan
alasannya maka mungkin kesalahan itu ada pada diri kita. Mungkin bukan cerminnya
yang buram, tapi kacamata kita yang kotor.
One day one juz,, tahlilan, yasinan,, dan majelis-majelis dzikir lain yang memiliki tujuan
mulia yaitu untuk mendekatkan diri kepada pemberi kehidupan ini, tak perlulah kita
pandang sebagai bid’ah, kafir, sesat, atau apalah namanya. Astaghfirullah,, kenapa kita
mudah sekali mengecap sesuatu itu baik atau buruk? Berfikirlah positif terhadap segala
hal saudaraku..
Bukankah segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya? Innamal a’malu
binniyah,, wainnamaa likullimriin maanawaa.. Segala perbuatan itu tergantung niatnya,
dan kita akan memperoleh tergantung apa yang kita niatkan itu. Niatkan segala amal
ibadah kita lillah,, demi mengharap ridha-Nya. Dan janganlah kita merasa tau dengan
niatan orang lain dalam beramal. Niat seseorang itu Cuma orang itu yang tau. Dan kita
tidak berhak menge-judge-nya. Niatan itu adalah ranah seorang hamba dengan
penciptaNya.
Satu jam itu cukup untuk membaca satu juz dalam al qur’an jika kita sudah cukup lancar
membacanya. Bahkan jika sudah sangat lancar, bisa hanya setengah jam. Menurut
penulis, sesibuk apapun manusia, pasti sebenarnya bisa dalam sehari membaca satu juz
dalam al-qur’an dan merenungkan maknanya.. Hanya tinggal masalah mau atau tidak.
Diprioritaskan atau tidak? Dinomorsatukan atau dinomorsekiankan? Kalau amalan ini
sudah jadi prioritas insyaAllah akan sangat mudah utuk dijalani.
Allah lagi, Allah dulu, Allah terus..
Ya.. uangkapan yang sering digaungkan oleh Ustadz Yusuf Mansur. Ketika Allah sudah
menjadi yang nomor satu dalam hati kita, dalam hidup kita, tentu tak akan ada alasan,
tak akan ada kata tapi, untuk memberikan waktu yang dipinjamkan Allah kepada kita,
satu jam saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar