Selasa, 24 Desember 2013

Ketika rumput tetangga terlihat lebih hijau

Subhanalloh..
Maha Suci Allah.. Zat yang Maha memiliki,, Maha Mengatur, dan Maha mengetahui atas segala sesuatu.
Sedangkan manusia, sebagai makhluk Allah yang diciptakan dengan akalnya, seringkali tak mampu menjangkau akan suatu hal yang terjadi di dunia ini..
Seringkali manusia berfikir “Rumput tetangga terlihat lebih hijau”.
Ini karena sifat manusia yang memang sedikit bersyukur, seringkali lupa untuk mensyukuri begitu banyak nikmat yang Allah telah berikan hingga detik ini.

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As Sajdah:9)
Katakanlah: "Dia-lah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati." (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur. (Al Mulk: 23)

Beberapa bulan yang lalu, bercerita dengan seorang saudari yang sudah menikah dan dikarunia seorang putra. Nasihat beliau untuk saya “santai aja dulu,, berkarirlah dulu,, membina biduk rumah tangga nanti aja kalau udah mapan.” kata beliau. Beliau adalah seorang ibu rumah tangga.

Lalu beberapa hari yang lalu juga,, ketika kutanya pendapat seorang ibu tentang bagaimana mengurus anak-anak sementara beliau adalah wanita karir,, seorang PNS. Beliau bilang, “Bisa ko mba, insyaAllah,, ada nilai sendiri di mata anak kita ketika kita bekerja”

Lalu beberapa hari yang lalu lagi,, bercerita dengan seorang ibu muda yang masih memiliki putra yang masih kecil, dan harus meninggalkannya di rumah untuk bekerja sebagai PNS. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya beliau ingin resign, naluri keibuannya begitu kuat. Ingin rasanya tinggal di rumah saja menjaga anak-anak dan membersamai pertumbuhan mereka. Namun karena satu dan lain hal,,, keinginan itu belum terwujud.

Ya,, rumput tetangga terkadang terlihat lebih hijau..
Seseorang sering menganggap bahwa kehidupan orang lain jauh lebih beruntung, jauh lebih menyenangkan dari yang lainnya.

Dan terakhir, terhenyak dengan tulisan ustadz felix siauw ketika hari ibu kemarin. Sebuah pertanyaan untuk ibu-yang berkarir, is it whorthed? Sekian juta sebagai pengganti waktu dengan buah hati?
Memang ketika saya liat pegawai perempuan yang lain,, yang sudah menjadi ibu-ibu,, terlihat enjoy-enjoy saja... tapi ya itu,, kadang rumput tetangga memang terlihat hijau,, padahal kita tidak tahu bagaimana keadaan sesungguhnya jika kita mendekatinya. Bisa jadi rumputnya berlubang dimakan ulat,, mungkin akarnya tidak kokoh.

Masa keemasan pertumbuhan anak, pada usia dibawah sepuluh tahun merupakan masa-masa keemasan untuk membentuk karakter dan kepribadian mereka. Bagaimana jadinya jika anak tersebut diasuh oleh yang bukan ibunya sendiri.. tentu sedikit banyak karakter pengasuhnyalah yang akan mendominasi tumbuh kembang si anak.
--
Ibu rumah tangga, merupakan sebuah profesi, pekerjaan, yang sangat mulia... setiap apa yang dilakukannya dengan keikhlasan mengharap Ridha Allah dan niat yang mulia untuk berbakti kepada suami dinilai sebagai sebuah kebaikan. Dan lagi, kebaikan yang dilakukan suami diluar pun menjadi kebaikan baginya. Subhanalloh.. Tak perlu repot-repot untuk mencari ridha Allah.. tak perlu repot-repot untuk mencari pahala di luar sana.
--
Ketika ada orangtua yang mengatakan “perempuan harus punya penghasilan sendiri, karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depan”
Ya,, memang kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi ke depan.. Allah lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Rizki sudah dijamin oleh Allah. Rizki itu bukan dari kerja kita, bukan dari suami, bukan dari atasan, tapi rizki itu dari Allah. Siapa pun yang bernyawa sudah ada ketetapan rizki untuknya. Dan ajal tidak akan sampai kepadanya sebelum seluruh rizkinya diberikan.
...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (At Thalaq: 2-3)

Namun, namanya manusia, selalu ada ketakutan,, selalu ada kekhawatiran..
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparn, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al Baqarah: 155)
Ya, sudah kodratnya manusia untuk memiliki rasa itu,,,
--
Namun Alhamdulillah,, sekarang ada profesi baru yang sedang marak kalo liat di iklan facebook “ibu rumah tangga yang bekerja di rumah berpenghasilan jutaan rupiah”.:D kalo yang ini mah bisnis M*M.  :)
Mungkin ini adalah salah satu opsi atas permasalahan yang ada tadi. Seorang wanita bisa tetap di rumah mengawasi pertumbuhan buah hatinya,,, dan bisa juga menambah penghasilan untuk membantu suami.
Wujudnya? Bisa menjadi penulis,, membuat usaha rumahan yang bisa mendatangkan kemaslahatan orang banyak,, home industri,, dan lain sebagainya... karya-karya yang tetap bisa dihasilkan dari rumah, tanpa harus mengorbankan waktu dengan buah hati.
--
Memang, tidak mudah untuk mengambil keputusan itu..

Ketika kekhawatiran dan ketakutan ditandingkan dengan jaminan Allah terhadap rizki seseorang, manakah yang akan menang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar