Tarbiyah: mempersiapkan pertumbuhan seorang muslim dengan pertumbuhan yang sempurna dari segala sisi dari kehidupan dunia dan akhirat dalam naungan islam. Tidak hanya akhirat, tapi dunia juga. Dunia ini adalah ladang untuk meraih akhirat. Dunia ini adalah jembatan untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
Sumber pendidikan:
1. Orang tua. Orang tua merupakan pendidikan pertama untuk anak, tapi pendidikan anak tidak hanya terbatas pada orang tua.
2. Masjid.
3. Perkumpulan para pemuda.
4. Media massa.
#ada haditsnya tapi ngga nyatet.
Ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Ada anak baik, lihatlah siapa ibunya. Liat dulu siapa bapaknya. Sukses atau tidak suksesnya seseorang ditentukan oleh siapa orang tuanya, bukan dimana sekolahnya.
"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. maka kedua orangtuanya lah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi." (HR Muslim)
"Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya."
Oleh karena itu, sebagai orangtua, atau calon orang tua, tanggung jawab kita sangatlah besar. Dalam kitab Tarbiyatul Aulad, kurang lebih ada 60an hadits terkait hal-hal yang harus dilakukan dalam mendidik anak. Dari sekian banyak penjelasan yang ada dapat diambil 4 poin penting tentang bagaimana mendidik anak.
1. Memilih pasangan yang soleh/solehah
Ibu adalah sekolah pertama untuk anak-anaknya. Pendidikan di rumah adalah pendidikan yang pertama, bukan sekolah. Jangan mengandalkan pendidikan di sekolah. Walaupun anak "bebel", tapi jika orang tuanya shalih insyaAllah akan mudah.
2. Banyak berdoa (saat berhubungan, masa-masa kehamilan, dan setelah kelahirannya)
"Bismillahi Allohumma jannibnaa asy-syaithana wa jannib asy-syaithana ma razaqtana"
"Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dari setan. Dan jauhkanlah setan dari apa-apa yang Engkau karuniakan kepada kami (anak keturunan)"
"Disanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." (Ali Imran: 38)
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada-Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada-Mu...." (Al Baqarah:128)
Doa adalah senjata orang mukmin.
Doa yang paling mujarab untuk seorang anak adalah doa orang tua.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa 3 golongan yang doanya tidak tertolak: doa musafir, doa orang tua kepada anaknya, dan doa orang yang terdzalimi.
Dan sebaliknya, ketika orangtua sudah meninggal, doa yang paling mujarab adalah doa anak terhadap orang tuanya.
"Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga hal yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang berdoa untuk orang tuanya."
Orang-orang terdahulu yang sukses itu karena orangtuanya. Contohnya Imam Bukhori.
Banyak ulama yang mengakui kesuksesan mereka karena doa orang tua mereka. Terutama ibu.
3. Memberi contoh
"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..." (At Tahrim:6)
Jangan berharap anak kita shaleh kalau kita sebagai orang tua ngga shaleh.
Jangan pernah berharap punya anak yang shalat tepat waktu kalau kita shalat ngga tepat waktu.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab:21)
Uswah Khasanah. Disini tidak menggunakan Al, sehingga makna khasanah disini adalah baik secara general, yaitu baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Nabi itu tidak banyak berbicara, lebih banyak berbuat. Hadits yang ada lebih banyak hadits fi'liyah, yaitu berupa perbuatan nabi dibandingkan hadits qauliyah atau perkataan nabi.
Pendidikan dengan cara mencontohkan/praktik itu lebih baik daripada dakwah dengan perkataan. Karena lidah itu seringkali terpeleset dalam berbicara. Talk less do more. :)
"Maa fil Aba, Fil Abna"
Apa yang ada pada Bapak, ada pada anak.
Terkecuali untuk kasus-kasus tertentu:
1. Qobil putra Nabi Adam AS.
2. Kan'an putra Nabi Nuh AS.
3. Nabi Ibrahim anak dari penjual patung berhala.
4. Nabi Musa, anak angkat Fir'aun.
5. Abdullah putra Abdullah bin Ubay bin Salul. Abdullah adalah orang yang luar biasa taat kepada Nabi. Sedangkan ayahnya, Abdullah bin Ubay bin Salul adalah Tokoh Munafiq Madinah, biangnya orang yang benci kepada Nabi.
bersambung...
5/2/15/Lantai23KPDJP
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Al Ahzab:21)
Uswah Khasanah. Disini tidak menggunakan Al, sehingga makna khasanah disini adalah baik secara general, yaitu baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Nabi itu tidak banyak berbicara, lebih banyak berbuat. Hadits yang ada lebih banyak hadits fi'liyah, yaitu berupa perbuatan nabi dibandingkan hadits qauliyah atau perkataan nabi.
Pendidikan dengan cara mencontohkan/praktik itu lebih baik daripada dakwah dengan perkataan. Karena lidah itu seringkali terpeleset dalam berbicara. Talk less do more. :)
"Maa fil Aba, Fil Abna"
Apa yang ada pada Bapak, ada pada anak.
Terkecuali untuk kasus-kasus tertentu:
1. Qobil putra Nabi Adam AS.
2. Kan'an putra Nabi Nuh AS.
3. Nabi Ibrahim anak dari penjual patung berhala.
4. Nabi Musa, anak angkat Fir'aun.
5. Abdullah putra Abdullah bin Ubay bin Salul. Abdullah adalah orang yang luar biasa taat kepada Nabi. Sedangkan ayahnya, Abdullah bin Ubay bin Salul adalah Tokoh Munafiq Madinah, biangnya orang yang benci kepada Nabi.
Ketika Abdullah bin Ubay wafat. Abdullah datang menemui Rasulullah saw, meminta salah satu kain Rasulullah saw untuk dijadikan sebagai kafan bagi ayahnya. Dan Rasulullah saw mengabulkan permintaan itu dan memberikan kainnya kepada Abdullah untuk menjadi kafan bagi jenazah ayahnya.
Kemudian Abdullah juga meminta agar Rasulullah saw berkenan datang menshalatkannya. Maka Rasulullah saw datang untuk menshalatkan jenazah itu. Ketika Rasulullah saw berdiri hendak menshalatkannya, Umar bin Khaththab menarik baju Rasulullah saw dari belakang dan berkata: “Wahai Rasulullah, Engkau akan menshalatkannya? Bukankah Allah melarangmu untuk menshalatkannya?
Rasulullah saw menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT memberikan kepadaku dua pilihan kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (QS at-Taubah:80) Dan saya akan menambahnya lebih dari tujuh puluh kali.
Setelah Rasulullah saw menshalatkannya, nabi hendak bangun untuk shalat lagi, namun turun ayat: “Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam Keadaan fasik. (QS. At-Taubah:84).
Jadi, pada dasarnya, anak tidak jauh dari orang tuanya, kecuali pada kasus tertentu.
Jadi, pada dasarnya, anak tidak jauh dari orang tuanya, kecuali pada kasus tertentu.
4. Memberi Nasihat
Kita bisa belajar dari nasihat Luqman Al Hakim kepada anaknya:
1. Tentang Tauhid
2. Agar Ridha kepada kedua orang tua.
5/2/15/Lantai23KPDJP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar