Sabtu, 04 Januari 2014

3M

Alhamdulillah.. bisa kumpul lagi dalam lingkaran.. :) Setelah sekian lama mencari.. Bersyukurlah, masih bisa melingkar,, karena banyak orang islam yang tidak merasakan indahnya ukhuwah islamiyah. Nikmat kebahagiaan itu adalah nikmat yang tidak terhingga besarnya. Banyak orang yang punya banyak nikmat tapi tidak merasakan kebahagiaan.
Tidak semua orang bisa masuk surga. Dan surga itu tidak diperoleh dengan mudah. Jadi kalau kita masih enak-enak aja, masih belum susah, kita perlu menanyakan lagi pada diri ini, apakah kita akan masuk kesana nantinya? Sementara kita ingat begitu banyak sahabat yang bersusah payah berjihad untuk memperoleh Ridha dan surgaNya.
Apa yang sudah kita persiapkan untuk bertemu dengannya? Harta? Ibadah kita? perbuatan baik kita pada orang lain? Apakah itu sudah cukup? Sementara kita tidak pernah tau kapan Allah akan memanggil kita kembali menghadapNya.
**
Sering kita merasa bahwa apa yang telah dilakukan selama ini sudah merupakan sesuatu yang terbaik, tapi ternyata masih jauh,,, masih banyak hal yang lebih baik.
**
Hari ini dapat ilmu baru tentang akhlak. Alhamdulillah.
Dalam QS. Al Qalam: 4 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
“Akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an” (HR Bukhori)
Sungguh, akhlak terbaik adalah akhlak Rasulullah SAW. Tak perlu kita mencari cari panutan lain dalam berakhlak. Cukup Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di bidangnya, Kualitas baca tulis di Indonesia pada tahun 2011 menduduki peringkat 62, dan hebatnya, pada tahun 2012 peringkatnya menjadi 64. :)
Dimana letak kesalahannya? Padahal sepertinya kita melihat bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sudah cukup bagus. Tapi posisi kita sangat jauh dibelakang dan justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Lalu berdasarkan penelitian juga, bahwa 70% kekayaan Indonesia itu dimiliki oleh orang-orang kaya di Indonesia.. sedangkan sisanya dibagi rata kepada seluruh lapisan masyarakat yang lainnya. Sungguh betapa tidak seimbangnya..
Dilansir,, hal ini terjadi karena salahnya pendidikan anak-anak pada usia dini. Karena terlalu mengejar nilai kognitif. Sementara akhlak kurang diperhatikan.
Sungguh, orang-orang barat itu sangat takut jika orang islam benar-benar menerapkan islamnya dengan baik. mereka bisa menguasai dunia. Jadi beginilah sekarang,, pola pendidikan di Indonesia sudah terpengaruh pendidikan barat. Aspek kognitif diagung-agungkan, sementara aspek akhlak dikesampingkan.
Untuk bisa merubah kondisi Indonesia yang sekarang caranya Cuma satu, perbaiki akhlak. Mulai dari diri kita, keluarga kita, tetangga kita, sahabat kita,, dll, Dari hal sekecil apapun yang bisa kita lakuka
Lalu, jangan nyaman di zona nyaman, karena kita juga punya kewajiban untuk merubah bangsa ini. Bukankah sudah jelas dalam hadits-> Man roaminkum munkaron.... “Barangsiapa melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tangannya, jika tidak kuasa, maka dengan lisannya, jika tidak kuasa maka dengan hatinya.”
**
Jamur-jamur penyakit kecil masih banyak menghinggapi kita. iri, dengki, hasud, rasa ingin menang sendiri, dsb. Rasa ingin menang sendiri ini yang selama ini dipupuk pada anak-anak, hingga ia memiliki rasa ingin menjatuhkan, rasa ingin mengalahkan hingga ketika ia menjadi dewasa. Inilah, yang menyebabkan kesenjangan yang sangat jauh di Indonesia.
Ada tiga kisah nyata yang terjadi di sebuah sekolah Batutis ilmi yang dikelola oleh Bu Siska. Kisah ini menurut saya sangat menggugah.

1. Ada perlombaan shalat yang diadakan oleh sekolah. Bu guru pun menanyakan kepada murid-nya, siapa yang siap untuk ikut lomba? Dan akhirnya 5 orang mengajukan diri. Oke. Mereka pun latihan dengan serius. Beberapa hari menjelang hari perlombaan, ada seorang anak yang bernama Johan bilang ke bu guru, “bu guru, aku mau ikut lomba bu guru”. Johan adalah seorang ABK, anak berkebutuhan khusus. Kita mungkin berfikir kalau kita jadi bu guru ini pasti kita akan berfikir keras bagaimana caranya agar anak ini tidak usah ikut. Tapi ternyata tidak, bu guru ini menanyakan kepada 5 orang yang sudah siap ikut lomba tadi. Bagaimana, apakah Johan boleh ikut?
Dan subhanalloh, mereka membiarkan Johan ikut.
Dan ketika perlombaan berlangsung sudah tentu hal yang kita bayangkan terjadi. ketika teman-temannya ruku, Johan masih berdiri. Pun ketika teman temannya sujud. Alhamdulillah, mereka pun akhirnya tidak memenangkan perlombaan.
Tapi sungguh, bagaimana sikap anak-anak itu setelah perlombaan usai? Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan kekalahan mereka. Mereka tidak berfikir untuk menang. Bagi mereka keberhasilan adalah sebuah proses. Mereka berfikir bagaimana agar temannya tidak sakit hati.
Subhanalloh.. bagaimana dengan kita yang sudah dewasa ini? Lingkungan kita sudah membiasakan kita untuk mengambil sikap bersaing.

2. Kisah anak Bu siska sendiri. Anak bu siska ikut perlombaan sepak bola. Ketika ditanya oleh ibu siska. “Kafka, bagaimana lombanya? Lancar?” “Lancar” jawab kafka. “Berapa skornya?” tanya bu siska. “10:2 aku yang 2”. Jawab kafka dengan bangganya. “Kalah donk?” lanjut ibu. “Iya, tapi aku seneng karena aku udah berjuang mati-matian. Dan lawanku emang bagus.” jawab kafka dengan heppy dan santai. Tak ada sedikit pun raut kesedihan atas kekalahannya itu.
Subhanalloh,, ini sikap seorang anak kecil usia kelas 5 SD, Bagaimana dengan kita ketika mengalami kekalahan?

3. Masih tentang Kafka. Setelah mengikuti perlombaan yang lain, ibu siska bertanya lagi. “Gimana kafka pertandingannya? Lancar?”. “Biasa mah.. 7:4”. “Yang 7 siapa?”tanya ibu siska lagi. “Aku..” jawab kafka datar. “Menang donk?” tanya bu siska lagi. “Iya tapi aku tidak suka, karena dia bukan lawanku. Dia tidak sepadan. Kenapa aku harus ditandingkan dengan dia?”
Subhalloh.. kafka kecil ini,, jiwanya sangat besar,, kalah tak masalah, menang pun tak sesumbar.

Banyak orang baik, banyak orang sholeh, tapi tak banyak orang yang berjiwa besar. Kita masih sering haus akan pujian orang lain. Kita harus sering-sering mempertanyakan hati kita. apakah apa yang kita lakukan sudah benar-benar untuk Allah? Bekerjalah sebaik-baiknya, secara maksimal, dan serahkan hasilnya kepada Allah. Tawakkal. Ketika kita sudah maksimal berjuang namun hasilnya tak sesuai dengan keinginan, maka itulah yang terbaik.
**
Lalu bagaimana cara untuk membangun sikap jiwa besar pada seseorang?
3 M. Tidak Marah, Tidak Melarang, dan Tidak Menyuruh.
Inilah kuncinya. Dan hal ini sangat tepat dilakukan ketika anak masih dalam masa tumbuh kembang. Usia dibawah 7 tahun.

1. Tidak Marah.
Untuk para ibu,, :) tidak mudah memang. Tapi bisa. Kenapa kita tidak boleh marah?
Menurut ilmu sains, ketika seorang anak dilahirkan, ada sekitar 200 milyar sel otak. Yang masing-masing sel itu saling terpisah satu sama lain. Sel itu akan berfungsi ketika tersambung dengan sel yang lainnya. Dan sel itu tersambung ketika ada informasi yang masuk ke dalam otak.
Dan sel itu bisa tersambung 50% selama usia 0-2 tahun, 30% selama usia 2-7 tahun. Dan setelah itu tidak bersambung lagi,, sel-sel otak hanya berkembang.
Dan subhanalloh, ketika seorang anak dimarahi, maka sel tersebut akan putus. Bayangkan saja jika seorang anak sering dimarahi? Apa yang terjadi pada sel-sel otaknya?
Jadi, manfaatkanlah sebaik mungkin usia emas anak 0-2 tahun. Sampaikan informasi-informasi positif padanya. Meskipun dia belum mengerti. Meskipun dia belum bisa memahami. Misalnya ketika sedang menyusui, ajaklah ngobrol,, sampaikan sebanyak mungkin informasi positif padanya.

2. Tidak menyuruh.
Anak yang banyak disuruh akan membuat anak itu tidak punya inisiatif. Dan pada dasarnya seseorang itu tidak suka disuruh. Benar?
Cukup diajari dan diberikan informasi. Pancing dengan kalimat yang tidak menyuruh. “Tolong” itu juga nyuruh lho..
Misal: di kamar berantakan, ada sampah berserakan. Apa yang harus kita katakan pada anak kita?
“Bunda liat banyak sampah disini.. Bunda juga liat ada tempat sampah..” disampaikan dengan tenang.
Dan pastinya krik-krik, anak tak akan langsung berinisiatif untuk langsung membuang sampah. Pancing terus,, hingga akhirnya anak mau membuang sampah, tanpa kalimat perintah dari kita.
Mungkin pada awalnya energi kita akan terkuras banyak. Tapi percayalah,, itu hanyalah awal, untuk menikmati ending yang insyaAllah menyenangkan.
Dan perlu diperhatikan pula, selain tidak menyuruh, jangan pula memberikan hanya satu pilihan pada anak. Misal, “Misal, sudah jam 4 sore, waktunya mandi ni..?” ini kurang baik. coba ganti menjadi “sudah jam 4 sore ni, mau mandi dulu apa maem dulu? “ hal ini mengajarkan anak untuk memiliki banyak pilihan dalam hidupnya. Sehingga dia tidak berfikir bahwa dunia ini tidak menyenangkan karena tidak adanya pilihan-pilihan.

3.  Tidak melarang.
Melarang seringkali membuat anak tidak berani mencoba. Hati-hati dalam memilih kosakata. Kata negatif akan terus diingat dalam memory buah hati. Dan ini akan menghambat tingkat kreatifitas anak.
Dan perlu diingat juga. Jangan berlebihan dalam menyikapi sesuatu. Misalnya ada anak yang berprestasi. Cukup ucapkan hamdalah, dan ucapkan selamat dan terimakasih. Tidak perlu disanjung berlebihan, agar tidak ada kecemburuan. Karena kecemburuan akan menciptakan persaingan.
Toh islam juga mengajarkan kepada kita untuk tidak berlebih-lebihan kan?

So, Pilih kata-kata positif untuk anak. Arahkan, bukan menyuruh, bukan melarang, dan tidak memarahinya. Ini adalah sebagai upaya agar anak memiliki jiwa besar. Agar anak belajar tanpa paksaan, tanpa tekanan, dan niatnya semata karena Allah.
Semoga kita bisa mempraktekan untuk buah hati kita masing-masing. Aamiin.:)
Dan semoga Indonesia menjadi lebih baik kedepannya. Aamiin..:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar