Alhamdulillah.. bisa kumpul lagi
dalam lingkaran.. :) Setelah sekian lama mencari.. Bersyukurlah, masih bisa melingkar,, karena banyak orang islam yang tidak merasakan indahnya ukhuwah islamiyah. Nikmat kebahagiaan itu adalah nikmat yang tidak terhingga besarnya. Banyak orang yang punya banyak nikmat tapi tidak merasakan kebahagiaan.
Tidak semua orang bisa masuk
surga. Dan surga itu tidak diperoleh dengan mudah. Jadi kalau kita masih
enak-enak aja, masih belum susah, kita perlu menanyakan lagi pada diri ini,
apakah kita akan masuk kesana nantinya? Sementara kita ingat begitu
banyak sahabat yang bersusah payah berjihad untuk memperoleh Ridha dan
surgaNya.
Apa yang sudah kita persiapkan
untuk bertemu dengannya? Harta? Ibadah kita? perbuatan baik kita pada orang
lain? Apakah itu sudah cukup? Sementara kita tidak pernah tau kapan Allah akan
memanggil kita kembali menghadapNya.
**
Sering kita merasa bahwa apa yang
telah dilakukan selama ini sudah merupakan sesuatu yang terbaik, tapi ternyata
masih jauh,,, masih banyak hal yang lebih baik.
**
Hari ini dapat ilmu baru tentang
akhlak. Alhamdulillah.
Dalam QS. Al Qalam: 4 “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
“Akhlak
Rasulullah adalah Al Qur’an” (HR Bukhori)
Sungguh, akhlak
terbaik adalah akhlak Rasulullah SAW. Tak perlu kita mencari cari panutan lain
dalam berakhlak. Cukup Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di bidangnya, Kualitas baca tulis
di Indonesia pada tahun 2011 menduduki peringkat 62, dan hebatnya, pada tahun
2012 peringkatnya menjadi 64. :)
Dimana letak
kesalahannya? Padahal sepertinya kita melihat bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia sudah cukup bagus. Tapi posisi kita sangat jauh dibelakang dan justru
mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Lalu berdasarkan
penelitian juga, bahwa 70% kekayaan Indonesia itu dimiliki oleh orang-orang
kaya di Indonesia.. sedangkan sisanya dibagi rata kepada seluruh lapisan
masyarakat yang lainnya. Sungguh betapa tidak seimbangnya..
Dilansir,, hal
ini terjadi karena salahnya pendidikan anak-anak pada usia dini. Karena terlalu
mengejar nilai kognitif. Sementara akhlak kurang diperhatikan.
Sungguh,
orang-orang barat itu sangat takut jika orang islam benar-benar menerapkan
islamnya dengan baik. mereka bisa menguasai dunia. Jadi beginilah sekarang,,
pola pendidikan di Indonesia sudah terpengaruh pendidikan barat. Aspek kognitif
diagung-agungkan, sementara aspek akhlak dikesampingkan.
Untuk bisa
merubah kondisi Indonesia yang sekarang caranya Cuma satu, perbaiki akhlak. Mulai
dari diri kita, keluarga kita, tetangga kita, sahabat kita,, dll, Dari hal sekecil apapun
yang bisa kita lakuka
Lalu, jangan nyaman di zona
nyaman, karena kita juga punya kewajiban untuk merubah bangsa ini. Bukankah sudah
jelas dalam hadits-> Man roaminkum munkaron.... “Barangsiapa melihat kemungkaran,
maka cegahlah dengan tangannya, jika tidak kuasa, maka dengan lisannya, jika
tidak kuasa maka dengan hatinya.”
**
Jamur-jamur
penyakit kecil masih banyak menghinggapi kita. iri, dengki, hasud, rasa ingin
menang sendiri, dsb. Rasa ingin menang sendiri ini yang selama ini dipupuk pada
anak-anak, hingga ia memiliki rasa ingin menjatuhkan, rasa ingin mengalahkan
hingga ketika ia menjadi dewasa. Inilah, yang menyebabkan kesenjangan yang
sangat jauh di Indonesia.
Ada tiga kisah nyata
yang terjadi di sebuah sekolah Batutis ilmi yang dikelola oleh Bu Siska. Kisah ini
menurut saya sangat menggugah.
1. Ada perlombaan shalat
yang diadakan oleh sekolah. Bu guru pun menanyakan kepada murid-nya, siapa yang
siap untuk ikut lomba? Dan akhirnya 5 orang mengajukan diri. Oke. Mereka pun
latihan dengan serius. Beberapa hari menjelang hari perlombaan, ada seorang
anak yang bernama Johan bilang ke bu guru, “bu guru, aku mau ikut lomba bu guru”.
Johan adalah seorang ABK, anak berkebutuhan khusus. Kita mungkin berfikir kalau
kita jadi bu guru ini pasti kita akan berfikir keras bagaimana caranya agar
anak ini tidak usah ikut. Tapi ternyata tidak, bu guru ini menanyakan kepada 5
orang yang sudah siap ikut lomba tadi. Bagaimana, apakah Johan boleh ikut?
Dan
subhanalloh, mereka membiarkan Johan ikut.
Dan
ketika perlombaan berlangsung sudah tentu hal yang kita bayangkan terjadi.
ketika teman-temannya ruku, Johan masih berdiri. Pun ketika teman temannya
sujud. Alhamdulillah, mereka pun akhirnya tidak memenangkan perlombaan.
Tapi
sungguh, bagaimana sikap anak-anak itu setelah perlombaan usai? Mereka sama
sekali tidak mempermasalahkan kekalahan mereka. Mereka tidak berfikir untuk
menang. Bagi mereka keberhasilan adalah sebuah proses. Mereka berfikir
bagaimana agar temannya tidak sakit hati.
Subhanalloh..
bagaimana dengan kita yang sudah dewasa ini? Lingkungan kita sudah membiasakan
kita untuk mengambil sikap bersaing.
2. Kisah anak Bu siska
sendiri. Anak bu siska ikut perlombaan sepak bola. Ketika ditanya oleh ibu
siska. “Kafka, bagaimana lombanya? Lancar?” “Lancar” jawab kafka. “Berapa
skornya?” tanya bu siska. “10:2 aku yang 2”. Jawab kafka dengan bangganya. “Kalah donk?” lanjut
ibu. “Iya, tapi aku seneng karena aku udah berjuang mati-matian. Dan lawanku
emang bagus.” jawab kafka dengan heppy dan santai. Tak ada sedikit pun raut
kesedihan atas kekalahannya itu.
Subhanalloh,,
ini sikap seorang anak kecil usia kelas 5 SD, Bagaimana dengan kita ketika mengalami kekalahan?
3. Masih tentang Kafka. Setelah
mengikuti perlombaan yang lain, ibu siska bertanya lagi. “Gimana kafka
pertandingannya? Lancar?”. “Biasa mah.. 7:4”. “Yang 7 siapa?”tanya ibu siska
lagi. “Aku..” jawab kafka datar. “Menang donk?” tanya bu siska lagi. “Iya tapi
aku tidak suka, karena dia bukan lawanku. Dia tidak sepadan. Kenapa aku harus
ditandingkan dengan dia?”
Subhalloh..
kafka kecil ini,, jiwanya sangat besar,, kalah tak masalah, menang pun tak
sesumbar.
Banyak orang
baik, banyak orang sholeh, tapi tak banyak orang yang berjiwa besar. Kita masih
sering haus akan pujian orang lain. Kita harus sering-sering mempertanyakan
hati kita. apakah apa yang kita lakukan sudah benar-benar untuk Allah?
Bekerjalah sebaik-baiknya, secara maksimal, dan serahkan hasilnya kepada Allah.
Tawakkal. Ketika kita sudah maksimal berjuang namun hasilnya tak sesuai dengan
keinginan, maka itulah yang terbaik.
**
Lalu bagaimana
cara untuk membangun sikap jiwa besar pada seseorang?
3 M. Tidak Marah,
Tidak Melarang, dan Tidak Menyuruh.
Inilah kuncinya. Dan hal ini sangat tepat
dilakukan ketika anak masih dalam masa tumbuh kembang. Usia dibawah 7 tahun.
1. Tidak Marah.
Untuk
para ibu,, :) tidak mudah memang. Tapi bisa. Kenapa kita tidak boleh marah?
Menurut
ilmu sains, ketika seorang anak dilahirkan, ada sekitar 200 milyar sel otak. Yang
masing-masing sel itu saling terpisah satu sama lain. Sel itu akan berfungsi
ketika tersambung dengan sel yang lainnya. Dan sel itu tersambung ketika ada
informasi yang masuk ke dalam otak.
Dan
sel itu bisa tersambung 50% selama usia 0-2 tahun, 30% selama usia 2-7 tahun. Dan
setelah itu tidak bersambung lagi,, sel-sel otak hanya berkembang.
Dan
subhanalloh, ketika seorang anak dimarahi, maka sel tersebut akan putus. Bayangkan
saja jika seorang anak sering dimarahi? Apa yang terjadi pada sel-sel otaknya?
Jadi,
manfaatkanlah sebaik mungkin usia emas anak 0-2 tahun. Sampaikan informasi-informasi
positif padanya. Meskipun dia belum mengerti. Meskipun dia belum bisa memahami.
Misalnya ketika sedang menyusui, ajaklah ngobrol,, sampaikan sebanyak mungkin
informasi positif padanya.
2. Tidak menyuruh.
Anak
yang banyak disuruh akan membuat anak itu tidak punya inisiatif. Dan pada
dasarnya seseorang itu tidak suka disuruh. Benar?
Cukup
diajari dan diberikan informasi. Pancing dengan kalimat yang tidak menyuruh. “Tolong”
itu juga nyuruh lho..
Misal:
di kamar berantakan, ada sampah berserakan. Apa yang harus kita katakan pada
anak kita?
“Bunda
liat banyak sampah disini.. Bunda juga liat ada tempat sampah..” disampaikan
dengan tenang.
Dan
pastinya krik-krik, anak tak akan langsung berinisiatif untuk langsung membuang
sampah. Pancing terus,, hingga akhirnya anak mau membuang sampah, tanpa kalimat
perintah dari kita.
Mungkin
pada awalnya energi kita akan terkuras banyak. Tapi percayalah,, itu hanyalah
awal, untuk menikmati ending yang insyaAllah menyenangkan.
Dan
perlu diperhatikan pula, selain tidak menyuruh, jangan pula memberikan hanya
satu pilihan pada anak. Misal, “Misal, sudah jam 4 sore, waktunya mandi ni..?”
ini kurang baik. coba ganti menjadi “sudah jam 4 sore ni, mau mandi dulu apa
maem dulu? “ hal ini mengajarkan anak untuk memiliki banyak pilihan dalam
hidupnya. Sehingga dia tidak berfikir bahwa dunia ini tidak menyenangkan karena
tidak adanya pilihan-pilihan.
3. Tidak melarang.
Melarang
seringkali membuat anak tidak berani mencoba. Hati-hati dalam memilih kosakata.
Kata negatif akan terus diingat dalam memory buah hati. Dan ini akan menghambat
tingkat kreatifitas anak.
Dan perlu diingat
juga. Jangan berlebihan dalam menyikapi sesuatu. Misalnya ada anak yang
berprestasi. Cukup ucapkan hamdalah, dan ucapkan selamat dan terimakasih. Tidak
perlu disanjung berlebihan, agar tidak ada kecemburuan. Karena kecemburuan akan
menciptakan persaingan.
Toh islam juga mengajarkan kepada kita untuk tidak berlebih-lebihan kan?
So, Pilih kata-kata
positif untuk anak. Arahkan, bukan menyuruh, bukan melarang, dan tidak
memarahinya. Ini adalah sebagai upaya agar anak memiliki jiwa besar. Agar anak
belajar tanpa paksaan, tanpa tekanan, dan niatnya semata karena Allah.
Semoga kita bisa
mempraktekan untuk buah hati kita masing-masing. Aamiin.:)
Dan semoga Indonesia menjadi lebih baik kedepannya. Aamiin..:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar