Minggu, 19 Januari 2014

Afatul Lisan

Kita memliki dua mulut dan satu telinga agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara.

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Al Isra: 53)

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(An Nahl:125)

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim)

Takutlah pada neraka, walau dengan sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka dengan ucapan yang baik. (Muttafaq alaih)
Ucapan yang baik adalah sedekah. (HR. Muslim)

Keutamaan diam
Lidah tidak bertulang, tapi dia lebih tajam daripada pedang.

Barangsiapa yang mampu menjamin kepadaku antara dua kumisnya (kumis dan jenggot), dan antara dua pahanya, maka dia akan masuk surga. (HR Bukhori)

Tidak akan istiqomah iman seseorang sehingga istiqomah hatinya. Tidak akan istiqomah seseorang sehingga istiqomah lisannya. (HR. Ahmad)

Ketika Rasulullah ditanya tentang perbuatan yang menyebabkan masuk surga, Rasul menjawab: “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq mulia”. Dan ketika ditanya tentang penyebab masuk neraka, Rasul menjawab: “Dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan. (HR. At Tirmidzi)

Rasulullah SAW Bersabda: “Barangsiapa yang bisa menjaga mulutnya, Allah akan tutupi keburukannya” (HR. Abu Nuaim)

Ibnu Mas’ud berkata: “Tidak ada sesuatupun yang perlu lebih lama aku penjarakan dari pada mulutku sendiri”
Abu Darda berkata: “Perlakukan telinga dan mulutmu dengan obyektif. Sesungguhnya diciptakan dua telinga dan satu mulut, agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara.

Ucapan yang keluar dari mulut kita dapat dikategorikan dalam empat kelompok:
  1. Murni membahayakan
  2. Ada bahaya dan manfaat
  3. Tidak membahayakan dan tidak manfaat
  4. Murni bermanfaat.
Ucapan pertama dan kedua sudah jelas harus kita jauhi, sedangkan ucapan ketiga adalah sesuatu yang sia-sia, jadi sebaiknya juga ditinggalkan. Maka tinggallah yang keempat. Ucapan yang bermanfaat.

-Macam-macam Afatul Lisan-
  1. Menjaga lisan dari berbicara sesuatu yang tidak perlu.
Rasulullah SAW bersabda: “Di antara ciri kesempurnaan Islam seseorang adalah ketika ia mampu meninggalkan sesuatu yang tidak ia perlukan” (HR. At Tirmidzi)

Ucapan yang tidak perlu adalah ucapan yang seandainya anda diam tidak berdosa, dan tidak akan   membahayakan diri maupun orang lain. Seperti menanyakan sesuatu yang tidak diperlukan. Contoh pertanyaan ke orang lain “apakah anda puasa, jika dijawab YA, membuat orang itu riya, jika dijawab TIDAK padahal ia puasa, maka dusta, jika diam tidak dijawab, dianggap tidak menghormati penanya. Jika menghindari pertanyaan itu dengan mengalihkan pembicaraan maka menyusahkan orang lain mencari – cari bahan, dst.

Penyakit ini disebabkan oleh keinginan kuat untuk mengetahui segala sesuatu. Atau basa-basi untuk menunjukkan perhatian dan kecintaan, atau sekedar mengisi waktu dengan cerita-cerita yang tidak berguna. Perbuatan ini termasuk dalam perbuatan tercela.

Terapinya adalah dengan menyadarkan bahwa waktu adalah modal yang paling berharga. Jika tidak dipergunakan secara efektif maka akan merugikan diri sendiri. selanjutnya menyadari bahwa setiap kata yang keluar dari mulut akan dimintai pertanggung jawabannya. ucapan yang keluar bisa menjadi tangga ke sorga
atau jaring jebakan ke neraka. Secara aplikatif kita coba melatih diri senantiasa diam dari hal-hal yang tidak diperlukan.

2.Menjaga lisan dari Fudhulul kalam (Berlebihan dalam berbicara)

Firman Allah : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh bersedekah, berbuat ma'ruf, atau perdamaian di antara manusia” QS An Nisa:114)

Perbuatan ini dikategorikan sebagai perbuatan tercela. Ia mencakup pembicaraan yang tidak berguna, atau bicara sesuatu yang berguna namun melebihi kebutuhan yang secukupnya. Seperti sesuatu yang cukup dikatakan dengan satu kata, tetapi disampaikan dengan dua kata, maka kata yang kedua ini “fudhul” (kelebihan).

Rasulullah SAW bersabda : “Beruntunglah orang yang dapat menahan kelebihan bicaranya, dan menginfakkan kelebihan hartanya “ HR. Al Baghawiy.
Ibrahim At Taymiy berkata : Seorang mukmin ketika hendak berbicara, ia berfikir dahulu, jika bermanfaat dia ucapkan, dan jika tidak maka tidak diucapkan. Sedangkan orang fajir (durhaka) sesungguhnya lisannya mengalir saja
Berkata Yazid ibn Abi Hubaib :”Di antara fitnah orang alim adalah ketika ia lebih senang berbicara daripada mendengarkan. Jika orang lain sudah cukup berbicara, maka mendengarkan adalah keselamatan, dan dalam berbicara ada polesan, tambahan dan pengurangan.

 3. Al Khaudhu fil bathil (Melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil)
Pembicaraan yang batil contohnya adalah ghibah. Membicarakan aib orang lain.
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan ucapan yang Allah murkai, ia tidak menduga akibatnya, lalu Allah catat itu dalam murka Allah hingga hari kiamat” (HR Ibnu Majah)
Allah SWT menceritakan penghuni neraka. Ketika ditanya penyebabnya, mereka menjawab: “ …dan adalah kami membicarakan yang batil bersama denganorang-orang yang membicarakannya” (QS. Al Mudatsir:45)

Tidak duduk bersama orang yang sedang melakukan pembicaraan bathil--> ”…maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.” (QS.An Nisa:140)
  
4. Menjaga lisan dari AL Jidal (Berbantahan/perdebatan)
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan tersesat suatu kaum setelah mereka mendapatkan hidayah Allah, kecuali mereka melakukan perdebatan. (HR. At Tirmidzi).
Perdebatan biasanya disebabkan oleh rasa tinggi hati, karena adanya kelebihan yang dimiliki oleh seseorang.
Imam Malik bin Anas berkata: “Perdebatan akan mengeraskan hati dan mewariskan kekesalan.”

5. Menjaga lisan dari Al Khusumah (pertengkaran)
Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang bermusuhan dan suka bertengkar” (HR Al Bukhari)
  
6. Menjaga lisan dari Taqa’ur fil kalam (Menekan ucapan)
Taqa'ur fil-kalam maksudnya adalah menfasih-fasihkan ucapan dengan mamaksakan diri bersyaja' dan menekan-nekan suara, atau penggunaan kata-kata asing di depan orang yang dimungkinkan tidak mengerti maknanya.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di hari kiamat, adalah orang-orang yang buruk akhlaknya di antara kamu, yaitu orang yang banyak bicara, menekan-nekan suara, dan menfasih-fasihkan kata”. (HR. Ahmad)

Tidak termasuk dalam hal ini adalah ungkapan para khatib dalam memberikan nasehat, selama tidak berlebihan atau penggunaan kata-kata asing yang membuat pendengar tidak memahaminya. Sebab tujuan utama dari khutbah adalah menggugah hati, dan merangsang pendengar untuk sadar. Di sinilah dibutuhkan bentuk-bentuk
kata yang menyentuh.

7. Berkata keji, jorok dan caci maki

Berkata keji, jorok adalah pengungkapan sesuatu yang dianggap jorok/tabu dengan ungkapan vulgar, misalnya hal-hal yang berkaitan dengn seksual, dsb. Hal ini termasuk perbuatan tercela yang dilarang agama. Nabi bersabda : “Jauhilah perbuatan keji. Karena sesungguhnya Allah tidak suka sesuatu yang keji dan perbuatan keji” dalam riwayat lain :”Surga itu haram bagi setiap orang yang keji”. (HR. Ibnu Hibban)
“Orang mukmin bukanlah orang yang suka menghujat, mengutuk, berkata keji dan jorok” (HR. At Tirmidzi)

Ada seorang A'rabiy (pedalaman) meminta wasiat kepada Nabi :
Sabda Nabi : “Bertaqwalah kepada Allah, jika ada orang yang mencela kekuranganmu, maka jangan kau balas dengan mencela kekurangannya. Maka dosanya ada padanya dan pahalanya ada padamu. Dan janganlah kamu mencaci maki siapapun. Kata A'rabiy tadi : “Sejak itu saya tidak pernah lagi mencaci maki orang”. (HR. Ahmad)

bersambung...

#nasihat yang pas untuk diri sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar